MACAM DOA
Ada
berbagai macam doa yang kita kenal yang kita gunakan sebagai wadah
berkomunikasi atau bercakap-cakap dengan Tuhan. Macam doa tersebut terbentuk
dari karakteristik doa yang kita panjatkan yang dipengaruhi oleh sikap hati dan
keadaan pikiran kita.
Percakapan
kita dengan Tuhan berlangsung tidak dengan mengikuti suatu ketentuan dan
peraturan yang baku. Hal itu berlangsung dengan spontan dan berbicara dengan
bebas sesuai sikap hati dan keadaan pikiran atau sesuai tuntunan Roh Kudus.
Dengan
demikian doa yang kita panjatkan menjadi bersifat pribadi, hidup, dan apa
adanya. Semakin spontan dan apa adanya sebuah doa yang kita panjatkan, akan
semakin murni dan nyata doa tersebut. Hal ini akan membentuk karakteristik doa
yang berbeda-beda.
Doa adalah
sikap hati dan keadaan pikiran kita yang terhubung dan tertuju kepada Tuhan.
Doa masing-masing orang akan terwujud sesuai sikap hati dan keadaan pikirannya.
Bila
seseorang berdoa berarti dia menyatakan kepada Tuhan tentang kehidupan
pribadinya sesuai sikap hati dan keadaan pikirannya secara pribadi. Keadaan
pikiran dan sikap hati tiap orang yang berbeda akan menentukan karakteristik
dari pada doa itu sendiri.
Oleh
karena itu doa yang kita panjatkan bisa berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Doa seseorang yang selalu berdoa akan berbeda dari waktu ke waktu,
tergantung sikap hati dan keadaan pikirannya.
Sikap hati
dan keadaan pikiran orang yang berdoa akan menentukan macam doa apa yang akan
terwujud. Sikap hati dan pikiran yang tenang mungkin akan mewujudkan doa yang
tenang, penuh ucapan syukur dan penyembahan.
Sikap hati
dan keadaan pikiran yang yang sedang menghadapi masalah akan terwujud doa yang
bergumul keras. Dari sikap hati dan keadaan pikiran seseorang yang sedang
menginginkan atau berharap sesuatu akan terwujud doa permohonan.
Dengan
demikian doa yang kita panjatkan bisa terdiri atas bermacam-macam doa, seperti
yang akan dibicarakan selanjutnya.
1.
Doa Bapa Kami
Apakah
‘Doa Bapa Kami’ itu? Doa Bapa Kami adalah doa yang diajarkan oleh Yesus kepada
murid-murid-Nya. Yesus telah berupaya mengajar para murid-Nya tentang berbagai
hal, terutama hal berdoa.
Kehadiran
Yesus dihadapkan dengan situasi yang sangat sulit dengan adanya pertentangan
pengajaran-Nya dengan pengajaran yang dilakukan oleh orang-orang farisi dan
para ahli taurat pada masa itu. Paham dan pemahaman orang-orang Farisi sangat
berbeda dengan pengajaran Yesus tentang hal kerajaan surge pada masa itu.
Jika kita
membaca keempat injil: Matius, Lukas, Markus, dan Yohanes kita dapat melihat
bahwa ajaran orang Yahudi, khususnya para ahli taurat, dan orang Farisi selalu
bertentangan dengan ajaran Yesus.
Melihat
berbagai pertentangan yang terjadi maka Yesus mengajar para murid-Nya agar
mereka tidak mengikuti cara orang Farisi berdoa. Yesus menasehati
murid-murid-Nya seperti tertulis dalam Injil Matius 6:5-8):
Nasehat
pertama: Yesus menasehati mereka agar tidak berdoa seperti orang munafik. Orang
munafik adalah orang yang suka pamer apa yang ia lakukan agar orang tahu.
Pada hal
apa yang mereka lakukan tidak benar karena tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Yesus menyuruh agar mereka berdoa di tempat tersembunyi. Artinya jangan pamer
di muka umum, apalagi di tikungan jalan. Seperti papan iklan, iyaaa kan? Karena
hanya dengan doa dengan fokus dan khusuk Bapamu yang tersembunyi
melihat dan membalasnya.
Nasehat Kedua: Jangan berdoa dengan bertele-tele. Yesus menegaskan hal ini kepada murid-murid-Nya karena Dia tahu bahwa orang-orang Farisi berdoa demikian. Mereka beroda dengan mengucapkan kata-kata yang tidak penting, berusaha memperpanjang doanya dengan ucapan-ucapan yang sesungguhnya tidak berguna.
Yesus menegaskan bahwa hal itu adalah kebiasaan berdoa orang-orang yang tidak mengenal Allah. Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya agar mereka tidak berdoa dengan bertele-tele. Selanjutnya Yesus meyakinkan mereka bahwa Allah Bapa yang di surga telah mengeahui apa yang kamu butuhkan, sebelum mereka memintanya kepada-Nya.
Nasehat Kedua: Jangan berdoa dengan bertele-tele. Yesus menegaskan hal ini kepada murid-murid-Nya karena Dia tahu bahwa orang-orang Farisi berdoa demikian. Mereka beroda dengan mengucapkan kata-kata yang tidak penting, berusaha memperpanjang doanya dengan ucapan-ucapan yang sesungguhnya tidak berguna.
Yesus menegaskan bahwa hal itu adalah kebiasaan berdoa orang-orang yang tidak mengenal Allah. Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya agar mereka tidak berdoa dengan bertele-tele. Selanjutnya Yesus meyakinkan mereka bahwa Allah Bapa yang di surga telah mengeahui apa yang kamu butuhkan, sebelum mereka memintanya kepada-Nya.
Setelah
Yesus selesai menasehati murid-muridnya, Dia pun mengajarkan kepada mereka
sebuah doa, yang hingga sekarang ini kita sebut namanya ‘Doa Bapa Kami’ karena
doa tersebut diawali dengan kalimat sapaan yang berbunyi: Bapa Kami yang di
surga.
Kalimat
sapaan yang mengawali doa ini menjadi sebuah pemicu kemarahan orang-orang
Farisi pada masa itu. Mereka beranggapan bahwa Yesus dan murid-murid-Nya
merendahkan dan menghujad Allah karena mereka terlalu berani memanggil Allah
sebagai Bapa mereka.
Pada
masa itu timbul dua pemahaman yang berbeda. Orang Yahudi
pada umumnya dan orang Farisi khususnya menganggap Allah adalah Maha Kuasa,
Maha Kudus. Tidak boleh orang sembarangan terhadap-Nya.